.:: KISAH NYATA ::.
Tadi malam, setelah keluar dari masjid setelah selesai sholat Isya' di masjid yang dekat dengan rumah, saya berjalan kaki seorang diri pergi ke sebuah kedai makan untuk makan malam. Pengunjung di kedai makan yang saya tuju itu agak ramai dan bisa dikatakan hampir kebanyakan meja di kedai tersebut sudah penuh. Saya memilih untuk duduk di salah sebuah meja di bagian paling ujung seorang diri yang ketika itu tidak ada orang di meja tersebut. Apabila pelayan datang saya mau memesan makanan yang saya mau. Setelah beberapa saat pelayan tersebut pergi datanglah seorang gadis muda berkulit cerah berjubah dan bertudung hitam gaya wanita Arab ke meja saya seraya bertanya:
"Tuan, boleh saya duduk di sini..? anda lihat, tempat-tempat di meja lain semua sudah penuh.."
"Oh, ok.. tak apa. Silakan duduk.." jawab saya agak terkejut dengan sapaan gadis itu. Percakapan kami dalam bahasa Inggeris.
Kemudian pelayan datang kepadanya dan dia hanya memesan 'fresh orange' untuk minum. Setelah pelayan pergi saya memberanikan diri bertanya kepadanya dengan rasa takut: "Kamu seorang diri saja? Dan kamu kelihatan bukan orang Malaysia kan?"
Dia mengangkat wajahnya dari telefon ke arah saya lalu menjawab dengan tersenyum: "Oh saya dari Korea Selatan, dan saya ingin ke rumah seorang kawan.."
"Oh Korea Selatan.. sekarang negara itu sedang terkenal dengan tarian Gangnam Style.." jawab saya spontan sambil tersenyum dan menganguk-angguk sendirian tatkala mata gadis itu kembali ke telefon sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas layar sentuh dan kadangkala dia juga tersenyum seorang diri melihat sesuatu dari telefon.
"Gangnam Style..? Apa yang kamu tahu tentangnya.. ia tarian yang dilaknat Tuhan. Saya menganggapnya diilhamkan oleh Iblis kepada artis itu." jawabnya dengan nada yang tegas dan berani.
"Oh ok ok, saya minta maaf..saya tak bermaksud menyinggung perasaan kamu.." jawab saya serta-merta.
Percakapan terhenti seketika beberapa saat. Setelah kira-kira 15-20 minit pelayan kembali datang dengan membawa pesanan saya dan minuman gadis itu.
"Kamu mau tahu apa yang saya tahu tentang Gangnam?" tanya gadis itu kepada saya.
"Jika kamu berminat untuk bercerita kepada saya, saya akan mendengarnya…" jawab saya dengan tenang sambil minum jus tembikai susu yang saya pesan.
"Ok tunggu beberapa minit, setelah saya membalas pesan-pesan ini.." jawabnya sambil jari-jemarinya ligat bermain di layar telefon.
Saya hanya mengangguk-angguk sambil mengangkat kening dan mulai makan makanan dengan sendok ke dalam mulut walaupun saya sadar bahawa makan dengan menggunakan tangan itu lebih mengikutii Sunnah Rasulullah SAW.
"Baik, sekarang saya akan bercerita tentangnya.. ia sesuatu yang menarik tetapi kejam dan menakutkan." kata gadis itu kembali.
"Ok, seakan-akan ada satu perkara besar yang kamu ingin sampaikan kepada saya." jawab saya kembali sambil mulut mengunyah nasi.
Kemudian dia diam, kira-kira sepuluh detik, mengambil nafas lalu memulai ceritanya kepada saya:
"Di Gangnam ada satu pertandingan kejam yang diadakan untuk gadis-gadis muda untuk menjadi perempuan-perempuan simpanan bagi orang-orang kaya dan para jutawan. Kebanyakan gadis muda yang ikut pertandingan tersebut adalah mereka yang ingin mencoba nasib apabila gagal mencari pekerjaan atau terlalu berharap untuk menikmati hidup mewah bersama orang-orang kaya… mereka dijanjikan dengan hadiah yang sangat besar, mobil mewah, jet peribadi dan rumah besar seperti istana dengan kolam renang jika memenangi pertandingan tersebut."
Kemudian dia diam lagi... kali ini dia minum minuman 'fresh orange'.. dia diam dengan agak lama tanpa berkata apa-apa.
"Ok, kemudian..?" tukas saya lagi ingin tahu.
"Oh, ia sesuatu yang amat dahsyat dan keji dan saya hampir tidak mahu menceritakannya kepada kamu. Tapi saya akan coba ceritakannya juga agar kamu dapat tahu apa kisah sebenarnya yang terjadi.." sambungnya lagi.
"Iya, silakan sambung lagi... saya memang ingin tahu tentangnya." balas saya lagi.
"Ok... Pertandingan itu, untuk ikut ke tempat pertandingan tersebut, para peserta yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang cantik masing-masing disuruh menunggang seekor kuda kira-kira 500 meter dari tempat para peserta berkumpul ke tempat pertandingan yang merupakan sebuah istana besar dan mewah milik seorang jutawan di Gangnam. Kamu bayangkan, mereka semuanya menunggang kuda dengan memakai kasut tumit tinggi, baju tipis dan skirt pendek yang seksi sambil diiringi pihak penyelenggara pertandingan dengan helikopter.."
"Setelah sampai di sana mereka disambut oleh pihak penyelenggara di istana itu dan dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok akan melalui dua rintangan yang berbeda. Pertandingannya ialah melewati semua halangan untuk sampai ke tujuan yang di tentukan. Ia seperti pertandingan ‘Wipe Out’ di TV jika kamu pernah melihatnya. Setelah sampai di tujuan, para peserta yang berhasil dari dua kelompok itu akan bertarung dengan temannya sendiri. Jika pihak lawan tewas maka peserta yang masih bertahan akan dianggap sebagai pemenang dan mendapat uang bernilai jutaan USD. rintangan itu sangat berbahaya, namun para peserta hanya melakukannya dengan memakai kasut tumit tinggi dan pakaian seksi mereka sambil disaksikan dan disorak oleh para jutawan yang melihat aksi-aksi mereka tersebut dari sebuah ruang balkoni ruangan mewah di istana tersebut. Saya tidak pasti ia dirakam ataupun tidak. Terus-terang, ia adalah pertandingan bunuh diri yang paling gila…"
"Ok, kemudian.. apa yang terjadi?" tanya saya mencelah dengan rasa penasaran.
"Satu ketika di salah satu trek, para peserta disuruh memanjat palang-palang besi untuk melintasi salah satu menara di istana tersebut, palang tersebut sangat tinggi dan di bawahnya ada kolam renang. Di satu sudut yang lain, para jutawan pula menyaksikan aksi-aksi peserta dari dalam sebuah bilik mewah sambil menikmati hidangan dan minuman arak yang mahal bersama gadis-gadis mereka."
"Banyak perserta ketika itu yang terjatuh ke bawah ketika coba memanjat palang-palang besi tersebut. Ada yang terhempas ke lantai dan kepalanya pecah. Ada yang patah tangan dan kaki. Ada yang pecah badannya. Kolam renang tersebut penuh dengan darah dan ada yang mati lemas ketika jatuh ke dalamnya setelah gagal untuk berenang keluar dari kolam renang yang dalam tersebut. Mereka semua para gadis yang tidak berupaya dan mereka sangat kasihan."
"Yang lebih keji daripada itu, mereka yang cedera ketika itu tidak dibantu.. malah dibiarkan saja untuk disorak dan ditertawakan oleh para jutawan yang melihat mereka sepanjang pertandingan. Akhirnya apa yang saya tahu, hanya dua orang gadis saja yang berhasil melepasi rintangan itu dari keseluruhan 30 orang gadis yang ikut... saya diberitau walaupun dua gadis itu akhirnya berhasil, mereka kini hidup dengan trauma dan penuh ketakutan di sisi para jutawan gila tersebut. Mereka kini hidup seperti hamba di dalam istana zaman purba. Tiada tamadun dan tiada akhlak... hanya menjadi hamba suruhan lelaki-lelaki kaya yang merantai hidup mereka saja. Lebih malang lagi gadis-gadis yang sudah terjerumus ke sana tidak boleh lari dari golongan kaya gila itu. Jika coba untuk lari kemungkinan mereka akan dibunuh."
Sampai di sini tiba-tiba gadis itu sedih... wajahnya berubah dan air matanya serta-merta mengalir laju dan menangis teresak-esak. Saya sudah tentu sangat terkejut dengan perubahannya secara tiba-tiba itu, dan coba memujuknya,
"Hey, please don't cry here… people will look to us. Please calm down. I'm sorry so much to make you telling me this story…" kata saya kepadanya perlahan dengan suara hampir berbisik.
Namun saya membiarkannya dengan keadaannya itu untuk beberapa saat. Kemudian saya berkata kepadanya: "Saya tak tahu apa sebenarnya yang membuat kamu menangis, tapi saya sangat minta maaf karena disebabkan saya kamu menangis. Sebenarnya saya sangat terkejut mendengar cerita kamu. Ia sesuatu yang sangat dahsyat yang belum pernah saya mendengarnya sebelum ini.."
"Ia ok... ia ok... ia ok..." (sambil mengesat air matanya dengan sapu tangan miliknya)... maafkan saya karena tiba-tiba bersikap sedih tadi. Kamu tahu, salah seorang gadis yang mati kerana pecah badannya ketika jatuh di pinggir lantai kolam renang itu, ia adalah adik perempuan saya sendiri... Ibu saya bunuh diri karenanya dan bapak saya menjadi gila. Setelah ibu saya bunuh diri bapa saya sakit selama berbulan-bulan lalu akhirnya meninggal dunia."
Pada waktu ini dia kembali diam beberapa menit… saya pula tergumam dan tidak berkata apa-apa… setelah itu dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menyambung kembali kisahnya,
"Ibu-bapak saya hanya memiliki dua orang anak perempuan dan adik saya sudah menjadi mangsa kepada nafsu gila orang-orang kaya Korea."
"Setelah selesai pertandingan tersebut, saya dihubungi seorang wanita yang memberitahu bahwa adik saya telah pingsan dan cedera parah karena kemalangan dan saya disuruh ke rumah sakit untuk melihatnya. Wanita itu menyatakan dia mendapat nombor telfon saya dari adik saya. Ketika saya dan ibu-bapak saya tiba di rumah sakit, kami diberitau adik saya telah meninggal dunia. Saya memarahi wanita tersebut dan mendesaknya bertubi-tubi untuk menceritakan kisah sebenarnya kepada saya... dan akhirnya setelah beberapa hari dia menceritakan keseluruhan kisah ini kepada saya. Setelah tahu kisah sebenarnya, kami sekeluarga berteriak dan menangis macam orang gila karena tidak pernah menyangka adik saya sanggup ikut pertandingan gila tersebut hanya untuk hidup mewah sebagai gadis simpanan orang-orang kaya. Namun wanita itu berkata itu adalah pilihan adik saya sendiri."
"Beberapa minggu kemudian ibu saya bunuh diri pada satu malam dengan menelan aspirin sebanyak 200 biji. Keesokan harinya ibu saya koma dan ketika saya dan bapak mengantarnya ke rumah sakit, pada malam harinya dia meninggal dunia. Bapak saya pula setelah itu sakit jiwa sebelum mengalami sakit tenat yang membawanya meninggal dunia. Saya pula hidup tidak menentu dan mujurlah masih mempunyai seorang sahabat wanita beragama Islam yang terus berjuang agar saya dapat meneruskan kehidupan dengan tabah. Berulang-ulang kali dia mengingatkan kepada saya bahwa kehidupan ini adalah anugerah Tuhan dan orang yang beriman tidak akan berputus asa."
"Dan kerana itu saya melihat kamu kini sebagai seorang Muslimah..?" saya mencelah ceritanya.
"Alhamdulillah, terima kasih kepada Tuhan. Sahabat saya itu telah membawa saya berjumpa dengan seorang imam di bandar Seoul untuk memulihkan semangat hidup saya. Imam itu mulai bercerita kepada saya tentang Allah, Islam dan Nabi Muhammad. Saya menerima segala ajarannya dengan lapang hati seakan-akan ia satu-satunya pilihan yang ada. Benar, Islam adalah satu cahaya yang sangat terang seperti matahari dan mendamaikan seperti bulan purnama yang kembali menyuluh seluruh hidup saya dan saya terus pindah ke agama ini tanpa ragu-ragu. Dan kamu tahu tidak, jiwa saya terasa sangat-sangat tenang dan damai ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang berkumandang di ibu kota markas Islam di bandar Seoul. Imam itu salah seorang ahli pengurusnya. Saya tidak pernah mendengar musik-musik yang sangat indah seperti ayat-ayat Al-Quran sebelum ini dalam hidup saya."
Kini suara gadis itu kembali gagah seraya berkata, "Alhamdulillah, saya bersyukur karena diselamatkan Tuhan dan kembali dihidupkan semula sebagai seorang Islam setelah saya kehilangan segala-galanya akibat kekeringan jiwa masyarakat dunia terutama masyarakat Korea yang hidup sesat tanpa agama. Mereka semua telah sesat tanpa panduan hidup yang benar dari Tuhan."
Setelah itu dia diam dan meminum minumannya...
"Kisah kamu amat menarik tetapi menakutkan. Apakah kamu sudah mengambil tindakan undang-undang bagi pihak adik kamu, atau melaporkannya kepada media atau berbuat sesuatu?" ujar saya kembali kepadanya.
"Lupakan sajalah, saya sudah melaporkannya kepada pihak polis, sudah menceritakannya kepada beberapa orang wartawan dan melaporkannya secara bersumpah kepada beberapa orang pengacara. Pihak polisi enggan melakukan pendakwaan karena tiada bukti-bukti yang kukuh mengenainya. Tiada video dan tiada saksi-saksi lain yang mau tampil kepada pihak berkuasa selain saya. Mungkin ada namun ia tidak memadai. Wanita yang membawa adik saya ke rumah sakit itu juga sudah menghilangkan diri. Saya coba menghubungi nombor telfon berali-kali namun dia tidak dapat dihubungi. Kali terakhir saya mendengar tentangnya melalui seorang pengacara yang mendapat khabarnya dari seorang detektif polisi bahwa dia sudah meninggal dunia akibat kemalangan. Para pengacara lain dan wartawan yang saya ceritakan kisah ini kepada mereka semuanya telah dibungkam untuk tidak menyiarkannya kepada umum. Mungkin begitu juga yang terjadi kepada korban yang lain. Laporan polisi di sana pula menyatakan gadis-gadis yang meninggal dunia akibat cedera parah itu adalah karena rabung palang-palang besi di istana itu roboh ke bawah ketika mereka semua sedang berada di atasnya karena ketika pihak polisi sampai di sana palang-palang besi itu sudah dirobohkan. Manakala korban yang masih hidup masih mengalami trauma yang dahsyat dan ada yang cacat seumur hidup walaupun mereka mendapat bayaran ganti rugi asuransi yang banyak. Apa yang saya tahu mereka semuanya dibungkam akan dibunuh jika menyiarkankan peristiwa sebenarnya kepada pihak polisi. Yang pasti di sana wujud monster-monster besar yang menutupi kejadian ini termasuk menteri-menteri kerajaan… ia berkaitan dengan uang dan kuasa. Dan sudah tentu kamu tahu apa yang uang dan kuasa buat pada kita." jawabnya lagi dengan panjang lebar yang sarat dengan hujah.
"Oh, ok... ia sesuatu yang gila yang pernah saya dengar. Jadi sekarang berapa umur kamu dan mengapa kamu berada di Malaysia? Dan... apa yang kamu lakukan di Malaysia sekarang ini? Dan lagi… kapan peristiwa itu terjadi?" tanya saya bertubi-tubi kepadanya dengan rasa ingin lebih tahu.
"Kamu tebak, berapa umur saya…?"
"Saya tidak mau menebak dan saya tidak tahu berapa umur kamu."
"Kisah sedih itu hanya berlaku pada tahun lalu, dan saya tidak mau sebut apa bulan dan harinya. Cukuplah kamu tahu ia berlaku pada tahun kemarin. Kini saya berumur 29 tahun dan saya di berada di Malaysia kerana ingin coba mendaftar kursus bahasa Arab di Universitas ******* dengan sahabat wanita Muslimah saya dari Korea itu. Tadi saya bertemu-janji dengannya untuk bertemu di sini. Kami rekan serumah dan dia tadi menziarahi rekan kami orang Malaysia di kawasan ini. Saya sampai ke sini naik taksi.” jawabnya berterus-terang dengan nada jujur.
"Oh, kamu sungguh berani. Di Malaysia tidak banyak wanita yang berani naik taksi seorang diri pada waktu malam. Terima kasih karena menceritakan kisah ini kepada saya.. saya amat menghargainya dan mudah-mudahan suatu hari Allah akan membalas dendam untuk kamu dan korban lain yang telah teraniaya..." kata saya lagi kepadanya sambil mengangguk-angguk.
"Sudah tentu...! Suatu hari nanti semua orang dan dunia akan tahu mengenai kejahatan tersembunyi di bandar Gangnam yang dilaknat itu!" jawabnya dengan nada yang keras.
"Kamu ingat artis yang mecipta lagu Gangnam gila itu menyukai cara hidup bandar Gangnam..? Saya rasa dia amat sinis tentangnya dan dia pernah berasa tertekan dengan cara hidup di sana.. namun kini dia sudah menjadi sebagian dari mereka. Semoga Tuhan melaknat mereka semua. Saya menyerahkan kepada Tuhan untuk membalas segala kejahatan mereka."
"Whoa... kamu nampaknya sangat marah dengan Gangnam..." balas saya sambil mengangkat kedua-dua kening dan meminum jus tembikai susu yang masih berbaki menggunakan straw.
"Oh, jangan kamu berpura-pura seperti tiada perasaan dan tidak mempunyai perikemanusiaan.." balasnya kepada saya.
"Tidak, tidak... saya benar-benar terkejut dan simpati dengan kisah kamu. Bahkan di dibalik itu, saya dapat melihat kamu seorang yang tabah, kuat dan berani." balas saya kembali untuk menenangkannya. Oh ya, apakah kamu datang sini dengan biaya sendiri? Bagaimana dengan suami kamu dan kerja kamu di Korea?" tanya saya kepadanya dengan menekan.
"Hahaha, saya masih belum bersuami dan saya telah menjual segala apa yang saya punya di Korea untuk datang ke sini. Saya mau belajar bahasa Arab di sini dan merancang mau ke Mesir atau ke Islamic Center di Chicago selepas ini untuk belajar lebih banyak tentang Islam di sana. Kamu juga tahu, Timur Tengah kini tidak stabil dan saya masih ragu-ragu untuk ke Timur Tengah. Imam yang mengislamkan saya itu pernah memberitahu saya bahwa dahulunya dia belajar bahasa Arab dan agama Islam di Syria di sebuah universitas yang namanya An-Nur." jawabnya dengan reaksi yang kembali ceria sambil tersenyum.
"Oh dulu saya juga pernah belajar di Syria, dan universitas itu namanya Universitas Abu Nur." jawab saya.
"Oh benarkah? Ceritakan kepada saya tentang Syria... saya sengan bertemu dengan kamu." jawabnya dengan muka yang sangat gembira.
Sesampainya di sini percakapan kami mulai bertukar topik kepada isu Syria dan pergolakan di Timur Tengah serta topik-topik lain yang sudah tiada kena-mengena dengan Gangnam. Saya juga bercerita sedikit tentang latar belakang diri saya kepadanya sebagai membalas kisah hidupnya yang telah dia ceritakan kepada saya.
Lama juga kami bercerita sejak jam 9.00 malam tadi. Kira-kira jam 10.30 malam rekan gadis itu datang ke kawasan kedai tersebut dan gadis itu meminta izin untuk pergi. Dia membayar segala pesanan makanan saya dan memperkenalkan dirinya sebagai Sofiyyah dan rakannya bernama Nadiah. Katanya nama mereka berdua diberikan oleh imam yang mengislamkan mereka di bandar Seoul merangkap guru murabbi mereka di Korea Selatan. Saya pula beruntung karena makan malam saya ada orang yang membayarkannya.
Mereka pernah lahir sebagai manusia yang tidak pernah menganut agama di Korea namun kini Allah telah memuliakan mereka dengan agama Islam yang suci. Saya tidak tahu sejauh mana kebenaran cerita Sofiyyah tentang kisah yang terjadi kepada adiknya di Gangnam. Kebenaran kisah tersebut saya serahkannya kepada Allah. Namun saya berminat untuk menyebarkan kisah ini kepada para pembaca agar para pembaca dapat membuat penilaian sendiri. Kisah tersebut mungkin benar dan mungkin tidak benar. Namun, di sebalik kisah yang saya pindahkan daripada Sofiyyah ini, dapatlah kita mengetahui sesuatu dan menjadikannya sebagai pelajaran.
Apa yang saya suka dari pelajaran ini ialah, saya melihat betapa Sofiyyah amat bersyukur dan menghargai nikmat Islam yang dikurniakan Allah kepadanya. Dia sanggup meninggalkan negerinya dan menjual segala hartanya demi mempelajari bahasa Arab di bumi Malaysia bagi memahami Al-Quran, malah dia bercita-cita untuk terus mengembara bagi mempelajari ilmu-ilmu Islam dan menjadi seorang pendakwah Muslimah di negara Korea untuk Islamkan lebih banyak penduduk Korea. Dia seorang yang amat berani, tabah dan cekal. Lihat saja, bagaimana dia seorang diri berani menyapa seorang lelaki asing seperti saya di awal kisah tadi. Apa yang saya lihat padanya, tidak ada rasa takut di dalam dirinya dan harapan hidupnya telah sepenuhnya diserahkan kepada Allah. Dia telah menjual seluruh jiwa dan raganya hanya kepada Allah semata. Di balik kekuatan dirinya sekarang, saya juga yakin di belakangnya ada seorang murabbi mursyid yang hebat, yaitu sang imam yang telah mengislamkannya. Biasanya di balik orang-orang yang hebat, di belakang mereka sudah tentu ada para pendidik yang jauh lebih hebat lagi. Di dalam hati saya berkata sudah tentu peribadi sang imam itu lebih hebat lagi karena berhasil memperbaiki diri Sofiyyah menjadi lebih kuat sepertimana sekarang. Ia bukanlah sesuatu yang mudah untuk memulihkan, mendidik dan membangunkan jiwa manusia yang sudah rusak seperti Sofiyyah dan menjadikannya seorang srikandi yang gagah perkasa jiwanya.
Sepanjang berjalan kaki pulang ke rumah, saya banyak tertanya-tanya di dalam hati betapa kita ini begitu leka dan tidak bersyukur dengan nikmat beragama Islam yang telah Allah anugerahkan kepada kita sejak kita dilahirkan ke alam dunia.
Di dalam hati saya sepanjang pulang, "Allahu Rabbi.... alhmdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah." Sambil kaki saya sekali menyepak batu-batu kecil di jalanan dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku baju putih kiri dan kanan seraya muka menunduk ke arah tanah...
Sehingga saat ini saya masih tetap berfikir sendirian, kisah Sofiyyah ini ialah apa yang saya dengar berlaku di negara Korea yang maju.. bagaimana pula dengan kisah-kisah gelap seperti kisah gadis-gadis Melayu Islam yang menjadi pelacur kelas atasan di negara kita. Sudah tentu banyak juga kisah-kisah gelap yang tidak pernah kita dengar tentang mereka. Sebelum ini saya pernah juga mendengar mengenai kisah-kisah gelap di negara kita yang dilindungi oleh orang-orang besar.
Allahu Allah, betapa buruknya manusia menjadi hamba uang dan kuasa pada zaman ini... Ya Allah, selamatkanlah kami di dunia dan di akhirat...
---
Tadi malam, setelah keluar dari masjid setelah selesai sholat Isya' di masjid yang dekat dengan rumah, saya berjalan kaki seorang diri pergi ke sebuah kedai makan untuk makan malam. Pengunjung di kedai makan yang saya tuju itu agak ramai dan bisa dikatakan hampir kebanyakan meja di kedai tersebut sudah penuh. Saya memilih untuk duduk di salah sebuah meja di bagian paling ujung seorang diri yang ketika itu tidak ada orang di meja tersebut. Apabila pelayan datang saya mau memesan makanan yang saya mau. Setelah beberapa saat pelayan tersebut pergi datanglah seorang gadis muda berkulit cerah berjubah dan bertudung hitam gaya wanita Arab ke meja saya seraya bertanya:
"Tuan, boleh saya duduk di sini..? anda lihat, tempat-tempat di meja lain semua sudah penuh.."
"Oh, ok.. tak apa. Silakan duduk.." jawab saya agak terkejut dengan sapaan gadis itu. Percakapan kami dalam bahasa Inggeris.
Kemudian pelayan datang kepadanya dan dia hanya memesan 'fresh orange' untuk minum. Setelah pelayan pergi saya memberanikan diri bertanya kepadanya dengan rasa takut: "Kamu seorang diri saja? Dan kamu kelihatan bukan orang Malaysia kan?"
Dia mengangkat wajahnya dari telefon ke arah saya lalu menjawab dengan tersenyum: "Oh saya dari Korea Selatan, dan saya ingin ke rumah seorang kawan.."
"Oh Korea Selatan.. sekarang negara itu sedang terkenal dengan tarian Gangnam Style.." jawab saya spontan sambil tersenyum dan menganguk-angguk sendirian tatkala mata gadis itu kembali ke telefon sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas layar sentuh dan kadangkala dia juga tersenyum seorang diri melihat sesuatu dari telefon.
"Gangnam Style..? Apa yang kamu tahu tentangnya.. ia tarian yang dilaknat Tuhan. Saya menganggapnya diilhamkan oleh Iblis kepada artis itu." jawabnya dengan nada yang tegas dan berani.
"Oh ok ok, saya minta maaf..saya tak bermaksud menyinggung perasaan kamu.." jawab saya serta-merta.
Percakapan terhenti seketika beberapa saat. Setelah kira-kira 15-20 minit pelayan kembali datang dengan membawa pesanan saya dan minuman gadis itu.
"Kamu mau tahu apa yang saya tahu tentang Gangnam?" tanya gadis itu kepada saya.
"Jika kamu berminat untuk bercerita kepada saya, saya akan mendengarnya…" jawab saya dengan tenang sambil minum jus tembikai susu yang saya pesan.
"Ok tunggu beberapa minit, setelah saya membalas pesan-pesan ini.." jawabnya sambil jari-jemarinya ligat bermain di layar telefon.
Saya hanya mengangguk-angguk sambil mengangkat kening dan mulai makan makanan dengan sendok ke dalam mulut walaupun saya sadar bahawa makan dengan menggunakan tangan itu lebih mengikutii Sunnah Rasulullah SAW.
"Baik, sekarang saya akan bercerita tentangnya.. ia sesuatu yang menarik tetapi kejam dan menakutkan." kata gadis itu kembali.
"Ok, seakan-akan ada satu perkara besar yang kamu ingin sampaikan kepada saya." jawab saya kembali sambil mulut mengunyah nasi.
Kemudian dia diam, kira-kira sepuluh detik, mengambil nafas lalu memulai ceritanya kepada saya:
"Di Gangnam ada satu pertandingan kejam yang diadakan untuk gadis-gadis muda untuk menjadi perempuan-perempuan simpanan bagi orang-orang kaya dan para jutawan. Kebanyakan gadis muda yang ikut pertandingan tersebut adalah mereka yang ingin mencoba nasib apabila gagal mencari pekerjaan atau terlalu berharap untuk menikmati hidup mewah bersama orang-orang kaya… mereka dijanjikan dengan hadiah yang sangat besar, mobil mewah, jet peribadi dan rumah besar seperti istana dengan kolam renang jika memenangi pertandingan tersebut."
Kemudian dia diam lagi... kali ini dia minum minuman 'fresh orange'.. dia diam dengan agak lama tanpa berkata apa-apa.
"Ok, kemudian..?" tukas saya lagi ingin tahu.
"Oh, ia sesuatu yang amat dahsyat dan keji dan saya hampir tidak mahu menceritakannya kepada kamu. Tapi saya akan coba ceritakannya juga agar kamu dapat tahu apa kisah sebenarnya yang terjadi.." sambungnya lagi.
"Iya, silakan sambung lagi... saya memang ingin tahu tentangnya." balas saya lagi.
"Ok... Pertandingan itu, untuk ikut ke tempat pertandingan tersebut, para peserta yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang cantik masing-masing disuruh menunggang seekor kuda kira-kira 500 meter dari tempat para peserta berkumpul ke tempat pertandingan yang merupakan sebuah istana besar dan mewah milik seorang jutawan di Gangnam. Kamu bayangkan, mereka semuanya menunggang kuda dengan memakai kasut tumit tinggi, baju tipis dan skirt pendek yang seksi sambil diiringi pihak penyelenggara pertandingan dengan helikopter.."
"Setelah sampai di sana mereka disambut oleh pihak penyelenggara di istana itu dan dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok akan melalui dua rintangan yang berbeda. Pertandingannya ialah melewati semua halangan untuk sampai ke tujuan yang di tentukan. Ia seperti pertandingan ‘Wipe Out’ di TV jika kamu pernah melihatnya. Setelah sampai di tujuan, para peserta yang berhasil dari dua kelompok itu akan bertarung dengan temannya sendiri. Jika pihak lawan tewas maka peserta yang masih bertahan akan dianggap sebagai pemenang dan mendapat uang bernilai jutaan USD. rintangan itu sangat berbahaya, namun para peserta hanya melakukannya dengan memakai kasut tumit tinggi dan pakaian seksi mereka sambil disaksikan dan disorak oleh para jutawan yang melihat aksi-aksi mereka tersebut dari sebuah ruang balkoni ruangan mewah di istana tersebut. Saya tidak pasti ia dirakam ataupun tidak. Terus-terang, ia adalah pertandingan bunuh diri yang paling gila…"
"Ok, kemudian.. apa yang terjadi?" tanya saya mencelah dengan rasa penasaran.
"Satu ketika di salah satu trek, para peserta disuruh memanjat palang-palang besi untuk melintasi salah satu menara di istana tersebut, palang tersebut sangat tinggi dan di bawahnya ada kolam renang. Di satu sudut yang lain, para jutawan pula menyaksikan aksi-aksi peserta dari dalam sebuah bilik mewah sambil menikmati hidangan dan minuman arak yang mahal bersama gadis-gadis mereka."
"Banyak perserta ketika itu yang terjatuh ke bawah ketika coba memanjat palang-palang besi tersebut. Ada yang terhempas ke lantai dan kepalanya pecah. Ada yang patah tangan dan kaki. Ada yang pecah badannya. Kolam renang tersebut penuh dengan darah dan ada yang mati lemas ketika jatuh ke dalamnya setelah gagal untuk berenang keluar dari kolam renang yang dalam tersebut. Mereka semua para gadis yang tidak berupaya dan mereka sangat kasihan."
"Yang lebih keji daripada itu, mereka yang cedera ketika itu tidak dibantu.. malah dibiarkan saja untuk disorak dan ditertawakan oleh para jutawan yang melihat mereka sepanjang pertandingan. Akhirnya apa yang saya tahu, hanya dua orang gadis saja yang berhasil melepasi rintangan itu dari keseluruhan 30 orang gadis yang ikut... saya diberitau walaupun dua gadis itu akhirnya berhasil, mereka kini hidup dengan trauma dan penuh ketakutan di sisi para jutawan gila tersebut. Mereka kini hidup seperti hamba di dalam istana zaman purba. Tiada tamadun dan tiada akhlak... hanya menjadi hamba suruhan lelaki-lelaki kaya yang merantai hidup mereka saja. Lebih malang lagi gadis-gadis yang sudah terjerumus ke sana tidak boleh lari dari golongan kaya gila itu. Jika coba untuk lari kemungkinan mereka akan dibunuh."
Sampai di sini tiba-tiba gadis itu sedih... wajahnya berubah dan air matanya serta-merta mengalir laju dan menangis teresak-esak. Saya sudah tentu sangat terkejut dengan perubahannya secara tiba-tiba itu, dan coba memujuknya,
"Hey, please don't cry here… people will look to us. Please calm down. I'm sorry so much to make you telling me this story…" kata saya kepadanya perlahan dengan suara hampir berbisik.
Namun saya membiarkannya dengan keadaannya itu untuk beberapa saat. Kemudian saya berkata kepadanya: "Saya tak tahu apa sebenarnya yang membuat kamu menangis, tapi saya sangat minta maaf karena disebabkan saya kamu menangis. Sebenarnya saya sangat terkejut mendengar cerita kamu. Ia sesuatu yang sangat dahsyat yang belum pernah saya mendengarnya sebelum ini.."
"Ia ok... ia ok... ia ok..." (sambil mengesat air matanya dengan sapu tangan miliknya)... maafkan saya karena tiba-tiba bersikap sedih tadi. Kamu tahu, salah seorang gadis yang mati kerana pecah badannya ketika jatuh di pinggir lantai kolam renang itu, ia adalah adik perempuan saya sendiri... Ibu saya bunuh diri karenanya dan bapak saya menjadi gila. Setelah ibu saya bunuh diri bapa saya sakit selama berbulan-bulan lalu akhirnya meninggal dunia."
Pada waktu ini dia kembali diam beberapa menit… saya pula tergumam dan tidak berkata apa-apa… setelah itu dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menyambung kembali kisahnya,
"Ibu-bapak saya hanya memiliki dua orang anak perempuan dan adik saya sudah menjadi mangsa kepada nafsu gila orang-orang kaya Korea."
"Setelah selesai pertandingan tersebut, saya dihubungi seorang wanita yang memberitahu bahwa adik saya telah pingsan dan cedera parah karena kemalangan dan saya disuruh ke rumah sakit untuk melihatnya. Wanita itu menyatakan dia mendapat nombor telfon saya dari adik saya. Ketika saya dan ibu-bapak saya tiba di rumah sakit, kami diberitau adik saya telah meninggal dunia. Saya memarahi wanita tersebut dan mendesaknya bertubi-tubi untuk menceritakan kisah sebenarnya kepada saya... dan akhirnya setelah beberapa hari dia menceritakan keseluruhan kisah ini kepada saya. Setelah tahu kisah sebenarnya, kami sekeluarga berteriak dan menangis macam orang gila karena tidak pernah menyangka adik saya sanggup ikut pertandingan gila tersebut hanya untuk hidup mewah sebagai gadis simpanan orang-orang kaya. Namun wanita itu berkata itu adalah pilihan adik saya sendiri."
"Beberapa minggu kemudian ibu saya bunuh diri pada satu malam dengan menelan aspirin sebanyak 200 biji. Keesokan harinya ibu saya koma dan ketika saya dan bapak mengantarnya ke rumah sakit, pada malam harinya dia meninggal dunia. Bapak saya pula setelah itu sakit jiwa sebelum mengalami sakit tenat yang membawanya meninggal dunia. Saya pula hidup tidak menentu dan mujurlah masih mempunyai seorang sahabat wanita beragama Islam yang terus berjuang agar saya dapat meneruskan kehidupan dengan tabah. Berulang-ulang kali dia mengingatkan kepada saya bahwa kehidupan ini adalah anugerah Tuhan dan orang yang beriman tidak akan berputus asa."
"Dan kerana itu saya melihat kamu kini sebagai seorang Muslimah..?" saya mencelah ceritanya.
"Alhamdulillah, terima kasih kepada Tuhan. Sahabat saya itu telah membawa saya berjumpa dengan seorang imam di bandar Seoul untuk memulihkan semangat hidup saya. Imam itu mulai bercerita kepada saya tentang Allah, Islam dan Nabi Muhammad. Saya menerima segala ajarannya dengan lapang hati seakan-akan ia satu-satunya pilihan yang ada. Benar, Islam adalah satu cahaya yang sangat terang seperti matahari dan mendamaikan seperti bulan purnama yang kembali menyuluh seluruh hidup saya dan saya terus pindah ke agama ini tanpa ragu-ragu. Dan kamu tahu tidak, jiwa saya terasa sangat-sangat tenang dan damai ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang berkumandang di ibu kota markas Islam di bandar Seoul. Imam itu salah seorang ahli pengurusnya. Saya tidak pernah mendengar musik-musik yang sangat indah seperti ayat-ayat Al-Quran sebelum ini dalam hidup saya."
Kini suara gadis itu kembali gagah seraya berkata, "Alhamdulillah, saya bersyukur karena diselamatkan Tuhan dan kembali dihidupkan semula sebagai seorang Islam setelah saya kehilangan segala-galanya akibat kekeringan jiwa masyarakat dunia terutama masyarakat Korea yang hidup sesat tanpa agama. Mereka semua telah sesat tanpa panduan hidup yang benar dari Tuhan."
Setelah itu dia diam dan meminum minumannya...
"Kisah kamu amat menarik tetapi menakutkan. Apakah kamu sudah mengambil tindakan undang-undang bagi pihak adik kamu, atau melaporkannya kepada media atau berbuat sesuatu?" ujar saya kembali kepadanya.
"Lupakan sajalah, saya sudah melaporkannya kepada pihak polis, sudah menceritakannya kepada beberapa orang wartawan dan melaporkannya secara bersumpah kepada beberapa orang pengacara. Pihak polisi enggan melakukan pendakwaan karena tiada bukti-bukti yang kukuh mengenainya. Tiada video dan tiada saksi-saksi lain yang mau tampil kepada pihak berkuasa selain saya. Mungkin ada namun ia tidak memadai. Wanita yang membawa adik saya ke rumah sakit itu juga sudah menghilangkan diri. Saya coba menghubungi nombor telfon berali-kali namun dia tidak dapat dihubungi. Kali terakhir saya mendengar tentangnya melalui seorang pengacara yang mendapat khabarnya dari seorang detektif polisi bahwa dia sudah meninggal dunia akibat kemalangan. Para pengacara lain dan wartawan yang saya ceritakan kisah ini kepada mereka semuanya telah dibungkam untuk tidak menyiarkannya kepada umum. Mungkin begitu juga yang terjadi kepada korban yang lain. Laporan polisi di sana pula menyatakan gadis-gadis yang meninggal dunia akibat cedera parah itu adalah karena rabung palang-palang besi di istana itu roboh ke bawah ketika mereka semua sedang berada di atasnya karena ketika pihak polisi sampai di sana palang-palang besi itu sudah dirobohkan. Manakala korban yang masih hidup masih mengalami trauma yang dahsyat dan ada yang cacat seumur hidup walaupun mereka mendapat bayaran ganti rugi asuransi yang banyak. Apa yang saya tahu mereka semuanya dibungkam akan dibunuh jika menyiarkankan peristiwa sebenarnya kepada pihak polisi. Yang pasti di sana wujud monster-monster besar yang menutupi kejadian ini termasuk menteri-menteri kerajaan… ia berkaitan dengan uang dan kuasa. Dan sudah tentu kamu tahu apa yang uang dan kuasa buat pada kita." jawabnya lagi dengan panjang lebar yang sarat dengan hujah.
"Oh, ok... ia sesuatu yang gila yang pernah saya dengar. Jadi sekarang berapa umur kamu dan mengapa kamu berada di Malaysia? Dan... apa yang kamu lakukan di Malaysia sekarang ini? Dan lagi… kapan peristiwa itu terjadi?" tanya saya bertubi-tubi kepadanya dengan rasa ingin lebih tahu.
"Kamu tebak, berapa umur saya…?"
"Saya tidak mau menebak dan saya tidak tahu berapa umur kamu."
"Kisah sedih itu hanya berlaku pada tahun lalu, dan saya tidak mau sebut apa bulan dan harinya. Cukuplah kamu tahu ia berlaku pada tahun kemarin. Kini saya berumur 29 tahun dan saya di berada di Malaysia kerana ingin coba mendaftar kursus bahasa Arab di Universitas ******* dengan sahabat wanita Muslimah saya dari Korea itu. Tadi saya bertemu-janji dengannya untuk bertemu di sini. Kami rekan serumah dan dia tadi menziarahi rekan kami orang Malaysia di kawasan ini. Saya sampai ke sini naik taksi.” jawabnya berterus-terang dengan nada jujur.
"Oh, kamu sungguh berani. Di Malaysia tidak banyak wanita yang berani naik taksi seorang diri pada waktu malam. Terima kasih karena menceritakan kisah ini kepada saya.. saya amat menghargainya dan mudah-mudahan suatu hari Allah akan membalas dendam untuk kamu dan korban lain yang telah teraniaya..." kata saya lagi kepadanya sambil mengangguk-angguk.
"Sudah tentu...! Suatu hari nanti semua orang dan dunia akan tahu mengenai kejahatan tersembunyi di bandar Gangnam yang dilaknat itu!" jawabnya dengan nada yang keras.
"Kamu ingat artis yang mecipta lagu Gangnam gila itu menyukai cara hidup bandar Gangnam..? Saya rasa dia amat sinis tentangnya dan dia pernah berasa tertekan dengan cara hidup di sana.. namun kini dia sudah menjadi sebagian dari mereka. Semoga Tuhan melaknat mereka semua. Saya menyerahkan kepada Tuhan untuk membalas segala kejahatan mereka."
"Whoa... kamu nampaknya sangat marah dengan Gangnam..." balas saya sambil mengangkat kedua-dua kening dan meminum jus tembikai susu yang masih berbaki menggunakan straw.
"Oh, jangan kamu berpura-pura seperti tiada perasaan dan tidak mempunyai perikemanusiaan.." balasnya kepada saya.
"Tidak, tidak... saya benar-benar terkejut dan simpati dengan kisah kamu. Bahkan di dibalik itu, saya dapat melihat kamu seorang yang tabah, kuat dan berani." balas saya kembali untuk menenangkannya. Oh ya, apakah kamu datang sini dengan biaya sendiri? Bagaimana dengan suami kamu dan kerja kamu di Korea?" tanya saya kepadanya dengan menekan.
"Hahaha, saya masih belum bersuami dan saya telah menjual segala apa yang saya punya di Korea untuk datang ke sini. Saya mau belajar bahasa Arab di sini dan merancang mau ke Mesir atau ke Islamic Center di Chicago selepas ini untuk belajar lebih banyak tentang Islam di sana. Kamu juga tahu, Timur Tengah kini tidak stabil dan saya masih ragu-ragu untuk ke Timur Tengah. Imam yang mengislamkan saya itu pernah memberitahu saya bahwa dahulunya dia belajar bahasa Arab dan agama Islam di Syria di sebuah universitas yang namanya An-Nur." jawabnya dengan reaksi yang kembali ceria sambil tersenyum.
"Oh dulu saya juga pernah belajar di Syria, dan universitas itu namanya Universitas Abu Nur." jawab saya.
"Oh benarkah? Ceritakan kepada saya tentang Syria... saya sengan bertemu dengan kamu." jawabnya dengan muka yang sangat gembira.
Sesampainya di sini percakapan kami mulai bertukar topik kepada isu Syria dan pergolakan di Timur Tengah serta topik-topik lain yang sudah tiada kena-mengena dengan Gangnam. Saya juga bercerita sedikit tentang latar belakang diri saya kepadanya sebagai membalas kisah hidupnya yang telah dia ceritakan kepada saya.
Lama juga kami bercerita sejak jam 9.00 malam tadi. Kira-kira jam 10.30 malam rekan gadis itu datang ke kawasan kedai tersebut dan gadis itu meminta izin untuk pergi. Dia membayar segala pesanan makanan saya dan memperkenalkan dirinya sebagai Sofiyyah dan rakannya bernama Nadiah. Katanya nama mereka berdua diberikan oleh imam yang mengislamkan mereka di bandar Seoul merangkap guru murabbi mereka di Korea Selatan. Saya pula beruntung karena makan malam saya ada orang yang membayarkannya.
Mereka pernah lahir sebagai manusia yang tidak pernah menganut agama di Korea namun kini Allah telah memuliakan mereka dengan agama Islam yang suci. Saya tidak tahu sejauh mana kebenaran cerita Sofiyyah tentang kisah yang terjadi kepada adiknya di Gangnam. Kebenaran kisah tersebut saya serahkannya kepada Allah. Namun saya berminat untuk menyebarkan kisah ini kepada para pembaca agar para pembaca dapat membuat penilaian sendiri. Kisah tersebut mungkin benar dan mungkin tidak benar. Namun, di sebalik kisah yang saya pindahkan daripada Sofiyyah ini, dapatlah kita mengetahui sesuatu dan menjadikannya sebagai pelajaran.
Apa yang saya suka dari pelajaran ini ialah, saya melihat betapa Sofiyyah amat bersyukur dan menghargai nikmat Islam yang dikurniakan Allah kepadanya. Dia sanggup meninggalkan negerinya dan menjual segala hartanya demi mempelajari bahasa Arab di bumi Malaysia bagi memahami Al-Quran, malah dia bercita-cita untuk terus mengembara bagi mempelajari ilmu-ilmu Islam dan menjadi seorang pendakwah Muslimah di negara Korea untuk Islamkan lebih banyak penduduk Korea. Dia seorang yang amat berani, tabah dan cekal. Lihat saja, bagaimana dia seorang diri berani menyapa seorang lelaki asing seperti saya di awal kisah tadi. Apa yang saya lihat padanya, tidak ada rasa takut di dalam dirinya dan harapan hidupnya telah sepenuhnya diserahkan kepada Allah. Dia telah menjual seluruh jiwa dan raganya hanya kepada Allah semata. Di balik kekuatan dirinya sekarang, saya juga yakin di belakangnya ada seorang murabbi mursyid yang hebat, yaitu sang imam yang telah mengislamkannya. Biasanya di balik orang-orang yang hebat, di belakang mereka sudah tentu ada para pendidik yang jauh lebih hebat lagi. Di dalam hati saya berkata sudah tentu peribadi sang imam itu lebih hebat lagi karena berhasil memperbaiki diri Sofiyyah menjadi lebih kuat sepertimana sekarang. Ia bukanlah sesuatu yang mudah untuk memulihkan, mendidik dan membangunkan jiwa manusia yang sudah rusak seperti Sofiyyah dan menjadikannya seorang srikandi yang gagah perkasa jiwanya.
Sepanjang berjalan kaki pulang ke rumah, saya banyak tertanya-tanya di dalam hati betapa kita ini begitu leka dan tidak bersyukur dengan nikmat beragama Islam yang telah Allah anugerahkan kepada kita sejak kita dilahirkan ke alam dunia.
Di dalam hati saya sepanjang pulang, "Allahu Rabbi.... alhmdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah." Sambil kaki saya sekali menyepak batu-batu kecil di jalanan dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku baju putih kiri dan kanan seraya muka menunduk ke arah tanah...
Sehingga saat ini saya masih tetap berfikir sendirian, kisah Sofiyyah ini ialah apa yang saya dengar berlaku di negara Korea yang maju.. bagaimana pula dengan kisah-kisah gelap seperti kisah gadis-gadis Melayu Islam yang menjadi pelacur kelas atasan di negara kita. Sudah tentu banyak juga kisah-kisah gelap yang tidak pernah kita dengar tentang mereka. Sebelum ini saya pernah juga mendengar mengenai kisah-kisah gelap di negara kita yang dilindungi oleh orang-orang besar.
Allahu Allah, betapa buruknya manusia menjadi hamba uang dan kuasa pada zaman ini... Ya Allah, selamatkanlah kami di dunia dan di akhirat...
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar